Fadzil Noor bukanlah nama asing. Meski ia hanya terdengar pasca krisis politik 1998 (lewat akhbar pro rakyat yang mulai saya baca), sosok ini cukup mengesankan saya dengan kebijakan siasahnya yang futuristik.
Tak mungkin saya lupakan ketakjuban yang timbul tatkala membaca liputan akhbar tentang pemergiannya. Ribuan umat bersesak, hadir menggempita Muassasah Darul Ulum tempat ia akan bersemadi, selamanya.
Anwar Ibrahim pula mencoret anekdot yang cukup merangsang seputar teman setianya itu. Meladeni naskah Warkah Anwar, kisah persahabatan mereka adalah bab pertama yang diselak dan dibaca semahunya.
Hari ini, sembilan tahun yang lalu, ia pergi bertemu Gusti Tuhan.
Dan ini ingatan singkat buat Almarhum Fadzil Noor. Al-Fatihah!
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan