Isnin, Mei 03, 2010

Guevara



El Fuser -- begitu gelarnya kala muda, merupakan sosok besar revolusi. Dalam usia 23 tahun, ia lebih memilih untuk menangguhkan pengajian dalam bidang perubatan di Buenos Aires University seraya menjelajah ke pelusuk Amerika Latin. Bersama temannya Alfredo Granado, mereka tekad bermotosikal dari Argentina merentas beberapa negara sebelum ke destinasi akhir, Venezuela.

Penjelajahan yang berlangsung lebih lima dekad yang lalu itu, atau dikenal sebagai Diarios De Motocicleta, punya makna besar buat dirinya. Dalam setiap singgahan, mereka menemukan kemiskinan. Ia terzahir jelas daripada strata sosial yang tak memihak kepada golongan marhaen. Daya mereka dikerah semahunya untuk memenuhkan kantung kelompok kaya dan punya harta.

Ketidakadilan yang dilihatnya membekas dalam diri anak muda ini. Ia menyentak kesedaran dan cita-cita. Jiwanya lantas memberontak setiap kali menyantuni masyarakat waktu itu. Selebihnya, telah pun menjadi sebuah sejarah agung penentangan. El Fuser tak lagi menjadi watak asing. Potret wajahnya yang dirakam Alberto Korda tersebar luas dan dikenal sebagai simbol perjuangan.

Menekuni babad hidupnya, saya begitu teruja dan terinspirasi. Meski mati dalam usia muda sebelum sempat merealitikan impinya, jiwanya nyata unggul. Saya tersentuh dengan keazaman yang ia miliki. Mungkin kerana itu saya tak jemu mengulang dengar Hasta Siempre -- lagu, juga memori yang merakam penghargaan buat sang komander revolusi, Ernesto Guevara de la Serna.