Memaparkan catatan dengan label Sosial. Papar semua catatan
Memaparkan catatan dengan label Sosial. Papar semua catatan
Jumaat, April 26, 2013
Gelora
Demikian lah, keprihatinan saya kepada kepada teman-teman kalangan muda ditegaskan Pak Samad; "kita tulis puisi bukan untuk cinta-cintaan saja." Dan pak tua ini masih sebegitu tekal berjuang.
Labels:
Aktiviti,
Arus Politik,
Omongan Jiwa,
Sosial,
Tokoh
Isnin, April 22, 2013
Purbasangka
Saya membesar dalam kondisi sosial yang rencam. Malah, kalangan bff juga terdiri daripada jamak bangsa -- India, Siam dan Melayu, tentunya. Dan kerana itu, saya bersyukur.
Menjelang pilihanraya kali ini, setelah berdekad kita merdeka, saya masih gagal memahami retorika rasisme dan purbasangka lapuk yang umumnya bertujuan membela status quo.
Kalangan yang mempropagandakan hal itu terlihat tak segan-segan mencemuh serta menidakkan realiti politik baru dengan perhatian terhadap nilai ketimbang ras dan agama.
Mereka masih dipasung oleh culture of fear, sebuah tingkah jumud yang tak lagi relevan. Yang gagal dilihat adalah substance segar yang telah begitu menjauh serta berseberangan.
Tapi akhirnya, politik baru yang memaknakan maruah dan harga diri itu hanya lah sehampir lakon Hamlet bikinan William Shakespeare; "to be, or not to be, that is the question."
Labels:
Arus Politik,
Demokrasi,
Omongan Jiwa,
Sosial
Sabtu, Mac 23, 2013
Pisah II
Catatan buat teman yang bergalau, tapi baik budi; Faizah Ibrahim.
***
Tuah bergelut dengan sebuah dilema yang maha dahsyat. Waktu itu, kala psyche rakyat menanggapi titah sultan sebagai kenescayaan, yang tersisa hanya lah ketundukan dan ketaatan total.
Ia
diutus membawa mohor diraja untuk meminang seorang puteri di puncak
Ledang. Tapi, seperti yang dicitrakan Saw Teong Hin, dhamirnya bergolak,
lalu berpergian tak lagi kembali.
Sang laksamana
tak tertanggung derita cinta. Menjunjung perintah sultan bererti
berkhianat kepada tulus kasih serta janji setia yang telah dimeterainya
dengan gusti puteri di bumi Jawa.
Barangkali, berpisah daripada segala
sesuatu memang adalah awal mula kepada hal-hal yang agung. Malah, ia
bukan lagi asing dalam sejarah, apalagi bagi kalangan pendeta dan
intelektual.
Kita tak mungkin lupa sosok al-Ghazali, Syed Qutb, Edward Said dll. Buat mereka ini, being a loner is justifiable, juga didambakan. Tapi itu tentunya tak mudah dan tentu saja dipenuhi duga.
Begitu pun, ada hal yang tak terelak; dan kita memang harus tabah.
Labels:
Aktiviti,
Filem,
Omongan Jiwa,
Peristiwa,
Sosial
Khamis, Februari 14, 2013
Fragmen II
"..tak ada laku yang lebih ksatria dibanding menepati janji."
-Laksmi Pamuntjak, Amba
-Laksmi Pamuntjak, Amba
Labels:
Kata Pujangga,
Sosial
Valentine
Hari Valentine; saban tahun, kita
dihadapkan beragam hujah pengharamannya. Ia dikitar-ulang dengan inti
agama dan moral yang dilatari oleh pelbagai kekaburan. Tafsirnya
pula tampak agak melulu.
Tapi lewat sejarah, kita tahu hanya ada dua kisah agung -- cinta dan peperangan. Ia tak teredam oleh waktu dan tak tergusur oleh tohmah. Jagat-raya ini mual dibebani duka-lara tak berpenghujung.
Tenang saja, mari mawar-ku raikan cinta; selamat hari Valentine.
Jumaat, Februari 08, 2013
Fragmen I
"Ya memang," katanya lirih, "waktu memang bisa berkhianat."
-Laksmi Pamuntjak, Amba
-Laksmi Pamuntjak, Amba
Labels:
Arus Politik,
Kata Pujangga,
Sosial
Selasa, Januari 08, 2013
Gadis II
Jyoti Singh Pandey -- kini dunia tahu apa namanya. Ia, gadis yang beberapa minggu lalu dijadikan catalyst pencetus protes besar di India, mungkin kini tersenyum di surga.
Kita
tak mungkin mengerti saat ia, dengan derai airmata, memberi kesaksian
kepada polis di katil hospital. Kata bapanya, pengkisahan itu cukup
menghiris dan meremukkan.
Pergi lah dengan damai, kami akan menghidupkan mimpi-mu, Jyoti.
Labels:
Antarabangsa,
Omongan Jiwa,
Peristiwa,
Sosial
Selasa, Januari 01, 2013
Gadis
Kita mengenang gadis itu dengan
jiwa yang luluh. Ia dirogol dengan buas. Agaknya, ketika dikasari, ia
meronta. Tubuhnya melemah tak berdaya sebelum dilempar ke jalanan.
Kita
takkan tahu deritanya. Diberitakan, organnya rosak teruk entah ditusuk
dengan apa. Kalau pun ia melolong, tentu tak dipeduli kalangan sialan
yang menghenyaknya.
"She was most happy," bapanya bilang, "when she got a chance to heal somebody's wounds." Tapi bila gadis itu yang dilukai, kita tak punya peluang untuk membalas budinya.
Manakala kemanusiaan makin nazak, kadang kami juga tak berdaya.
Labels:
Antarabangsa,
Omongan Jiwa,
Peristiwa,
Sosial
Sabtu, Disember 01, 2012
Mithaq
Catatan untuk Akmal Rahimi, Hazimi Zulkifli, dan Ku Nor Fadilah; inner circle yang telah dan bakal menyinsing fajar baru dalam hidup.
***
Pak Natsir lewat kitabnya yang masyhur, Fiqhud Da'wah, mengingatkan kita kepada pesan Qur'ani bahawa perkahwinan adalah mithaqan ghaliza -- sebuah janji yang utuh.
Hal ini, atau setepatnya istilah
itu, lazimnya hanya terpakai kepada perkara yang cukup penting.
Misalnya, ia dinisbahkan kepada janji Tuhan dengan nabi atau janji
antara kaum.
Dalam
kaitan ini lah, agama memaknakan ikatan setia uda dan dara. Lewat
pemilihan kata itu juga, kita diilhami serta terkesan dengan penegasan
kepentingan dan tanggungjawab.
Cukup lah sekadar itu, sebuah ingatan yang mungkin tak perlu. Saya hanya akan berkonotasi condescending bicara dengan kalian yang tentunya sudah pun lebih faqih dan matang.
Muga dikurniakan limpahan rasa bahagia dan ketenangan. Mabruk!
Labels:
Aktiviti,
Omongan Jiwa,
Peristiwa,
Sosial
Ahad, November 18, 2012
Hayat
What matters most in our live, takes place in our absence.
-Salman Rushdie, Midnight's Children
-Salman Rushdie, Midnight's Children
Labels:
Omongan Jiwa,
Sosial
Khamis, November 08, 2012
Usrah
Menulis tentang usrah adalah romantisme yang rencam. Keberadaan dalam kelompok itu -- dengan makna usrah sebagai aktiviti dan perkumpulan -- cukup mendewasakan.
Dalam latar itu lah, saya tersenyum sendiri manakala mengulang baca Di Bawah Mendung Usrah oleh Fathi Aris Omar, yang menurut saya, terkesan cukup jujur dan kekal relevan.
Manakan mungkin saya terlupa, "core business kita adalah dakwah."
Labels:
Aktiviti,
Memori,
Omongan Jiwa,
Sosial
Khamis, Oktober 25, 2012
Rusuk
Ali Shari'ati, rausyanfikir asal Iran yang juga ideolog revolusi itu, akhirnya menyingkap suatu hal yang telah sekian lama membingungkan, juga memerangkap akal-fikir saya.
Begitu lah saya sering tewas dan lelah manakala dihadapkan dengan teori penciptaan -- bahawa wanita tercipta dari rusuk lelaki. Hal ini berulang-kali disebut dan ditakwil secara semberono.
Ia sering diertikan dengan melankoli; konon wanita itu muncul dari rusuk dan dekat dengan hati untuk dikasihi, malah ada juga yang memahaminya dengan "bengkok" untuk di-"luruskan".
Hal ini disanggah oleh Shari'ati lewat Man and Islam, siri sharahannya yang membajai faham agama yang murni dan progresif. Menurutnya, kepada khalayak berbahasa Farsi, ia ralat terjemahan.
Yang dimaksudkan dalam kaitan ini bukan lah rusuk, tapi sifat alami manusia umumnya. Lalu, "hawa tercipta dari rusuk Adam" itu seharusnya adalah "hawa tercipta dari sifat alami Adam."
Itu boleh lah difahami dengan luas, bukan dengan pemaksaan kepercayaan bahawa wanita adalah warga kelas dua yang lemah dan sering bergantung. Jelas, ia tak berkonotasi memberdaya.
Konsepsi manusia dengan dwi-dimensi sebagai mud and God's spirit yang digagas Shari'ati juga wajar dilihat. Kita boleh memilih kehinaan atau menyayap ke tahap tertinggi kemanusiaan.
Justeru, elok lah seandainya hal ini kembali direnung sebagai pedoman yang sekaligus menafikan citra wanita yang ditanggapi dengan cukup negatif ketimbang lelaki atas pelbagai sebab.
Tentunya, manusia diciptakan sempurna dan selayaknya. Tanpa perlu memanipulasi rusuk pun, wanita akan selamanya didakap dengan belas-kasih yang luhur -- tak terbanding dan tak terungkap.
Labels:
Agama,
Pemikiran,
Sosial,
Telaah Buku,
Tokoh
Rabu, Oktober 24, 2012
Surat
Salaam.
Sdr. Pankaj Mishra,
Sdr. Pankaj Mishra,
Biar lah saya berjujur, bahawa awalnya saudara adalah watak asing yang tak dikenali. Seandainya saya tak mentelaah From the Ruins of Empire -- karya tour de force saudara tentang babad kebangkitan Asia itu -- barangkali saya takkan mampu memaafkan diri kerana gagal menghargai bakat yang saudara miliki.
Lewat buku itu lah nama saudara mulai mekar dalam ingatan saya, dan akhirnya mendorong saya menggelintar koleksi rencana saudara dengan genre yang rencam. Membaca tulisan saudara adalah sebuah kenikmatan buat saya; keelokan bahasanya, deskripsi rinci, dan timbunan fakta yang seringkali menggugah.
Pagi tadi, saya selesai mengulit The Romantics, novel debut saudara yang terbit lebih sedekad lalu. Entah, semacam ada sebuah euphoria yang cukup peribadi. Saya terkesan dengan kesunyian Samar, terbayang keayuan sosok Catherine dan turut terilham meneruskan impi yang tertangguh -- kembara ke India.
Imaginasi saya kembali bergetar manakala saudara melakar kata untuk sebuah ceritera belas-kasih yang kalau pun tak diakhiri dengan kebahagiaan, tapi terlihat sangat realistik dan bermakna. Malah, tak sukar untuk saya larut dalam pengkisahannya, juga berkongsi emosi dan gelora yang barangkali tak teredam.
Sebetulnya, ada banyak hal yang ingin saya khabarkan. Antaranya tentang kalangan penulis dan da'ie di negara saya yang sepertinya memusuhi fitrah sendiri. Begitu pun, mereka tanpa segan menjadikannya sebagai subjek utama pembicaraan lalu disadur dengan label agama sebagai justifikasi.
Tapi itu tentunya akan mengambil masa saudara untuk menelitinya dan mungkin akan membosankan dengan melankoli saya yang berlanjut-lanjut. Syahdan, saya akhiri surat ini dengan penghargaan dari ruang jiwa yang paling seni -- untuk sebuah vista baru yang sudi dikongsi dan serasa cukup mengilhami.
Muga saudara dan famili kekal dalam lindungan Tuhan Maha Kasih.
Salam hormat.
Hanif Amir
Kuala Lumpur
Labels:
Aktiviti,
Omongan Jiwa,
Sosial,
Telaah Buku
Khamis, Oktober 11, 2012
Diari
Ada begitu banyak hal yang ingin dikhabarkan - yang sepele dan yang
mendesak - dan kadang hampir tak terkendali. Begitu pun, saya dihambat
dan dikekang oleh waktu.
Tapi harus juga sela ini saya catatkan penghargaan buat teman-teman
setia yang baik budi. Saya sangat tertolong dengan du'a dan belas-kasih
yang kalian titipkan.
Macam biasa lah, nanti lapang-lapang sikit kita ngobrol dan ngeteh!
Labels:
Aktiviti,
Omongan Jiwa,
Sosial
Selasa, Ogos 28, 2012
Pergi
Dua orang teman saya terlibat dalam kemalangan jalanraya semalam. Seorang kini kritikal di hospital, dan seorang lagi telah terkorban dalam nahas tersebut.
Pergi lah, muga diterima amal dan diampun noda lalu. Kita pernah ketemu dalam hayat ini, dan muga akan ketemu lagi dalam hayat panjang yang berikutnya.
Kau kasihkan yang di bumi; muga yang di langit turut mengasihi-mu.
Kau kasihkan yang di bumi; muga yang di langit turut mengasihi-mu.
Labels:
Omongan Jiwa,
Peristiwa,
Sosial
Gulat
Teman-teman dah lama merungut. Kata
mereka, saya menulis dengan bahasa yang tak difahami. Juga, bicaranya
adalah topik pelbagai yang tak ketahuan punca.
Saya
tak punya jawapan memujuk. Memang, catatan yang tertuang kadangkala
begitu. Ia adalah lintasan fikiran yang sengaja tak dicerna, lalu
di-"goreng" seadanya.
Labels:
Aktiviti,
Omongan Jiwa,
Pemikiran,
Sosial
Jumaat, Ogos 17, 2012
Dewi
Ini catatan buat dewi terpuja memperingati tanggal lahir 17 Agustus.
***
Reza Shah-Kazemi menjelaskan kaitan kata rahma-nya Arab dengan caritas-nya Latin dan agape-nya Yunani dalam sebuah kata; charity-nya Inggeris untuk melawan teologi kebencian.
Kata itu, yang dimaknakan sebagai belas-kasih, umumnya adalah sifat-sifat Tuhan yang terangkum dalam asma' yang mulia. Ia terbias dalam diri manusia -- mutatis mutandis ke arah relatif.
Demikian lah paduan compassion, atau daya untuk merasakan derita lingkungan yang tak hanya menjadi esensi kemanusiaan yang nir nilai, tapi terilham dari keupayaan ruhani yang peduli.
Barangkali itu dimensi metafizik yang tak perlu dilanjut-lanjut. Pun begitu, wajar lah ia diwarasi manakala kita dihadapkan rencam pentafsiran yang kadangkala terkesan terlalu ekstrem.
Belas-kasih; ia elemen yang tak terbantah daripada kurnia nan indah.
Rabu, Ogos 15, 2012
Gastronomi
Ini catatan buat para penikmat makanan khususnya Sarah Syazwani.
***
Demikian juga yang saya rasakan manakala tercari-cari akok tradisi. Jenuh menggelintar bazar petang di sini-sana. Tapi, yang saya temukan hanya lah kuih-muih nan lazim.
Momen begini, kita merindukan santapan agung yang lahir dari rahim leluhur bangsa; bengkang, lepat pisang, pengat durian, serawa timun aceh, dll. Agaknya itu impi yang muluk.
Dalam maraknya perang budaya mutakhir ini, kita merasa terhenyak bilamana kelazatan duniawi itu tiba-tiba berubah; diganti dengan scone, pavlova, cupcakes, macaroons, dll.
Di sebuah nusa terjajah, ingat lah, perut harus tetap bebas merdeka.
Labels:
Aktiviti,
Omongan Jiwa,
Peristiwa,
Sosial
Isnin, Ogos 13, 2012
Ignoramus
Life is fragile; tell to those you love that you love them.
Seorang teman kembali menarik perhatian saya pada Tawq al-Hamamah, kesaksian belas-kasih yang antara lain menjadi karya yang cukup terkenal oleh sang teolog, Ibn Hazm.
Karya itu, yang telah sekian lama saya tinggalkan dek tak tertahan dipana kalimahnya yang penuh 'ishq, wajar direnung kelompok puritan yang terpisah dari dimensi manusiawi.
Ada beda besar yang menjarakkan faham ekstremis dan esensi agama dengan compassion. Demikian lah saya selalu mengingat-ingat pesan Tariq Ramadan bahawa hidup ini rapuh.
Labels:
Agama,
Kata Pujangga,
Pemikiran,
Sosial
Ahad, Ogos 12, 2012
Canggung
Saya ditegur kerana tak berkopiah, bersongkok, atau berjubah ke masjid. Bukan lah pertama kali, malah telah biasa ditanya tentang itu, kadang dengan muka cemik dan nada berkeluh.
Sarah Izutsu bilang, saya anti-establishment. Entah, bab ini memang saya tak tahu. Tapi agaknya, sefaham saya, agama tak terbina dari hal-hal sebegitu. Ada soal lain yang lebih mendesak.
Maaf lah, saya canggung ber-ana/anti, ikhwah/akhowat, dll. Khalas!
Labels:
Aktiviti,
Omongan Jiwa,
Sosial
Langgan:
Catatan (Atom)