Selasa, April 30, 2013

Islah

Apabila ada kalangan yang terdera dan dizalimi, keadilan serta kebenaran bukan lagi sebuah konstruksi ilmiah yang kaku. Memperjuangkannya adalah sebuah aksi dan tanggungjawab.

Saya senang hati melihat kelompok cendekia ikut terdorong menyatakan sikap mereka lewat penubuhan sebuah komiti kecil baru-baru ini. Hal ini sungguh pun asing, tapi cukup bererti.

Dan dengan ilmu, datang islah mastata'tum -- reformasi sekuat daya.

Isnin, April 29, 2013

Ultimatum

Membaca babad para tahanan politik yang direnggut kebebasan lewat pelbagai tuduhan serta akta zalim membuatkan kita benar-benar kacau dan galau selain didesak untuk kekal waras.

Periode tegang itu berkali-kali saya alami manakala menekuni Dua Wajah-nya Syed Husin Ali, Universiti Kedua-nya Kassim Ahmad dan juga Sengsara Kem Kamunting-nya Saari Sungib.

Tak terbayangkan, demi mempertahan kuasa beberapa kerat elit penguasa korup, sebuah sistem bobrok mewajarkan tingkah yang cukup kejam membungkam semua nilai manusiawi.

Meski undang-undang itu kini telah telah dimansuhkan, akta baru yang diperkenal tak lah begitu berbeza. Kita tetap terdedah dengan rekayasa jahat kalangan regim yang tandus moral.

Barangkali, kerana itu lah pilihanraya kali ini merupakan sebuah ultimatum bagi pihak rakyat. Kita harus memilih antara dua nilai, bukan semata perubahan pada sosok wakil rakyat.

Jumaat, April 26, 2013

Gelora



Demikian lah, keprihatinan saya kepada kepada teman-teman kalangan muda ditegaskan Pak Samad; "kita tulis puisi bukan untuk cinta-cintaan saja." Dan pak tua ini masih sebegitu tekal berjuang.

Rabu, April 24, 2013

Ampu

Saya hampir selesai membaca The Captive Mind, sebuah magnum opus Czeslaw Milosz, cendekia asal Poland yang secara gamblang melakarkan realiti masyarakat dalam sistem totalitarian.

Menghubungkan karya ini dengan erti hidup dalam sebuah negara demokrasi tentu lah keterlaluan. Pun begitu, semacam ada generalisasi serta persamaan sentral yang tak terelakkan.

Ia mengkisahkan kalangan terdidik dan terpandang dalam strata sosial yang tunduk serta lunak kepada kekuasaan meski tahu tentang kefasadan yang terus saja bersipongang dalam sistem itu.

Dek pesona dan tawaran timbal-balik yang mengiurkan, mereka dilihat rela membungkam penentangan peribadi, lalu mengambil sikap yang berseberangan untuk mengampu pemerintah.

Di sini, kalangan itu merajai wawancara media -- profesor kangkung.

Isnin, April 22, 2013

Makna

Karena kesusasteraan bukan sabda seseorang yang menjadi agung setelah melewati masa pertapaan, melainkan sebuah proses yang mengakui kebutuhan untuk sama-sama menemukan sejumlah makna, dan dengan demikian saling bicara.
-Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir

Purbasangka

Saya membesar dalam kondisi sosial yang rencam. Malah, kalangan bff juga terdiri daripada jamak bangsa -- India, Siam dan Melayu, tentunya. Dan kerana itu, saya bersyukur.

Menjelang pilihanraya kali ini, setelah berdekad kita merdeka, saya masih gagal memahami retorika rasisme dan purbasangka lapuk yang umumnya bertujuan membela status quo.

Kalangan yang mempropagandakan hal itu terlihat tak segan-segan mencemuh serta menidakkan realiti politik baru dengan perhatian terhadap nilai ketimbang ras dan agama.

Mereka masih dipasung oleh culture of fear, sebuah tingkah jumud yang tak lagi relevan. Yang gagal dilihat adalah substance segar yang telah begitu menjauh serta berseberangan.

Tapi akhirnya, politik baru yang memaknakan maruah dan harga diri itu hanya lah sehampir lakon Hamlet bikinan William Shakespeare; "to be, or not to be, that is the question."

Ahad, April 21, 2013

Pesan

Tempa

Dalam tiap medan revolusi yang melibatkan pertempuran antara kebenaran dengan kebatilan, kalangan marhaen pasti akan ditekan oleh aparat kekuasaan dengan segala dayanya.

Paling mutakhir, kita menyaksikan hal itu berlaku di Tunisia, Mesir, dan Libya. Bukan sedikit pahlawan yang tewas. Tapi mereka tahu, ada bunga harus gugur sebelum kembali mekar.

Berbekal tekad itu, keberanian menyala; dan sejarah pun ditempa.

Sabtu, April 20, 2013

Sistem

Momen ini telah saya nantikan sejak sekian lama. Pilihanraya yang gendangnya mulai dipalu dengan proses penamaan calon pagi tadi begitu mengujakan. Tapi juga getir dan penuh resah.

Setelah berdekad dihadapkan sistem politik jelek yang tak bermaruah; sistem politik yang memperkaya cukong serta tembolok sendiri; kini waktunya kerancuan itu dirombak total.

Perubahan yang akan kita lakukan ini tentu saja mendesak. Ia menuntut sikap dan prinsip yang jelas. Apalagi manakala berkait soal tata-kelola secara systemic yang begitu fundamental.

Demikian lah du'a kita sehari-hari; muga akan diberkati Gusti Ilahi.

Jumaat, April 05, 2013

Cinta

Faizah Ibrahim menebak saya kerana begitu bersemangat menyambut khabar pembubaran parlimen. Lekas saja saya jawab ia momen kedua terindah dalam hidup. Yang pertama, cinta. Ayuh lah!

Khamis, April 04, 2013

Bubar

Parlimen akhirnya dibubarkan semalam. Kita menantinya sejak sekian lama. Tapi, menjadi seorang warga di sebuah watan yang punyai pemimpin bacul memang melelahkan.

Elit penguasa terlihat sebegitu lemah. Mereka tak berupaya mengawal tingkah samseng simpatisan sendiri. Apalagi untuk bersilat hujah dan berdepan dengan serangan oposisi.

Biar lah itu diabadikan sejarah. Kita berhak mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Juga, peluang untuk hidup dengan lebih bermaruah. Lewat kotak undian, masa depan ditentukan.

Periode ini tentunya getir; sebuah defining moment untuk Malaysia.