Khamis, Jun 30, 2011

Warna

Ahad, Jun 26, 2011

Luhur


The exilic intellectual does not respond to the logic of the conventional but to the audacity of daring, and to representing change, to moving on, not standing still.
-Edward Said, Representation of the Intellectual

Du'a

Saya belum mengerti mengapa masih ada sekelompok anak muda seusia cenderung memihak kepada aparat yang zalim. Meski terhidang bukti jelas dan nyata, semacam ada rasa cuak yang masih mengongkong.

Jujurnya, saya juga tidak lah berani amat. Menentang, dalam perkiraan semasa yang kian mencengkam, sering dilihat subversif. Lebih parah, kegilaan memanipulasi hampir kesemua medium hukum bukan kepalang.

Tapi akhirnya, yang terus-terusan menyemangati hanya dhamir. Fitrah manusia tentu saja tak membenarkan saya terbiar dipasung oleh kebebalan yang dibajai pemerintah. Dan berdiam, bukan lagi sebuah pilihan.

Tuhan, ini sebuah rintih. Muga terus diangkat iman dan kekuatan!

Khamis, Jun 23, 2011

Ideolog

Fadzil Noor bukanlah nama asing. Meski ia hanya terdengar pasca krisis politik 1998 (lewat akhbar pro rakyat yang mulai saya baca), sosok ini cukup mengesankan saya dengan kebijakan siasahnya yang futuristik.

Tak mungkin saya lupakan ketakjuban yang timbul tatkala membaca liputan akhbar tentang pemergiannya. Ribuan umat bersesak, hadir menggempita Muassasah Darul Ulum tempat ia akan bersemadi, selamanya.

Anwar Ibrahim pula mencoret anekdot yang cukup merangsang seputar teman setianya itu. Meladeni naskah Warkah Anwar, kisah persahabatan mereka adalah bab pertama yang diselak dan dibaca semahunya.

Hari ini, sembilan tahun yang lalu, ia pergi bertemu Gusti Tuhan.

Dan ini ingatan singkat buat Almarhum Fadzil Noor. Al-Fatihah!

Qutb

Maklumat lanjut boleh diakses di sini.

Komitmen

Komitmen untuk perubahan dalam skala besar tak memungkinkan kita bicara yang remeh-remeh. Meski apa pun subjeknya, yang perlu difahami adalah maudhu' sesuatu hal. Bukan hal-hal runcitan yang tak berpenghujung.

Misi itu hanya akan berjaya apabila kita mula berwacana tentang negara hukum ketimbang hal dendam peribadi. Juga tentang keadilan sosial, pengagihan kekayaan, tatakelola cekap berbanding momokan sosok itu dan ini.

Kasih, juga adalah politik. Fokus!

Pesan

Sebenarnya, kita boleh mempermasalahkan apa saja dalam kehidupan. Lalu, hal itu sengaja diperpanjang; selain mahu melengah waktu, juga menanti hujah dalam ilham untuk mewajarkan tindakan.

Hal yang sama saya lalui kala masih sekolah. Lebih mengujakan, saya disokong oleh teman-teman dan langsung tak diperingatkan oleh kaunselor (yang waktu itu mengamanahkan tanggungjawab).

Saya diajar untuk memahami tindakan, juga menerima segala kesan dan dapatan. Sebetulnya, ia antara peristiwa yang sangat berbekas dan sering saja kembali dikenang setiap ada kesempatan.

Ah, omongan ini terlalu serius. Saya hanya mahu khabarkan yang kita boleh memilih apa yang kita mahu -- hidup saling dibenci dan membenci atau sebaliknya. Pesan teman saya, life is fun!

Jambori

Menjelang Jambori Pengakap Dunia ke-22 bermula 27 Julai hingga 7 Ogos di Rinkaby, Sweden, saya lekas terhimbau memori lampau. Meski keterlibatan berpengakap itu relatif singkat, memori dan jejaknya rencam.

Entah dari mana harus bermula, ia menggelojak untuk dikisahkan. Bagi yang skeptik, mereka harus tahu bahawa pengakap tak hanya tentang merintis denai baru hutan atau mengembara berkhemah tanpa tujuan.

Sejujurnya, ia tentang kehidupan; tentang pengalaman memaknai hayat; tentang jiwa dan semangat; tentang tulus rasa yang nir batas. Memang, kedengaran asing, juga berlebihan. Malah, pastinya sukar untuk dipercaya.

Buat saya, ia memperkaya. Ia mendedahkan saya pada saling keterikatan manusia -- emosi pelbagai, memahami kehendak, ruang sandaran dll -- yang tentu saja memberi corak dan menambah warna dalam kehidupan.

Insha-Allah, nantinya dicoret. Saya cuba habis baik!

Rabu, Jun 01, 2011

Pesona

Saya mulai bosan merepek. Teman-teman juga acapkali marah-marah. Seru mereka, saya harus serius -- kurang sarcastic, muka ketat dll -- yang tentu saja tak mudah untuk diubah.

Baik, sebetulnya bukan teman-teman; itu keterlaluan, seolah saya ini politikus licik yang hayatnya hanya mengundang benci. Teman, itu mungkin lebih tepat; yang sentiasa cuba mewaraskan.

Apapun, saya baru temukan satu ruang baru. Di sana, saya membaca coret-coret enak seputar kehidupan. Bahasanya memukau, juga membuai. Du'a saya, sosok penulisnya lekas jadi novelis.

Sampai jumpa!