Khamis, Februari 28, 2013

Rasis

Kalangan yang akhir-akhir ini cukup galak melaung slogan dengan tempelan label-label agama rupanya hanya cuba menutupi rasisme yang begitu kental dalam diri.

Serunya konon kepada muslim berwibawa yang tak lebih adalah cerminan mentaliti lapuk dan jumud. Tambah malang, disumbu dengan prejudis penuh dusta.

Manakala fraksi politik merangka kebijakan menyeluruh untuk mengangkat martabat rakyat, mereka cuma mampu menyebarkan insecurity yang tak berjejak.

Terus lah bersandiwara; acungkan tangan ke langit -- hidup Melayu!

Rabu, Februari 27, 2013

Pope

Tinggal beberapa jam saja lagi, Pope Benedict XVI akan mencipta sejarah apabila meletakkan jawatan sebagai Ketua Gereja Katolik dan memulakan hidup baru dengan gelar Pope Emeritus.

Momen seperti ini bukan hal yang lazim. Kali terakhir ia berlaku pada tahun 1415 manakala Pope Gregory VII, turut melepaskan jawatan untuk mengakhiri intrik dalaman yang menjerut gereja.

Dalam periode sede vacante ini, 115 kardinal dari seluruh dunia akan berkumpul di Vatican untuk memilih sosok baru yang akan diangkat sebagai Pope, mengetuai lebih sebilion penganut Katolik.

Selamat bersidang semuanya dan selamat bersara Joseph Ratzinger.

Isnin, Februari 25, 2013

Tawakal

Al-Khuldi, the pupil, relates that he went to Junayd and found him suffering from a fever. "O Master," he cried, "tell God in order that He may restore thee to health." Junayd said: "Last night I was about to tell Him, but a voice whispered in my heart, 'Thy body belongs to Me: I keep it well or ill, as I please. Who art thou, that thou shouldst interfere with my property."
-Al-Hujwiri, Kashf al-Mahjub

Sabtu, Februari 23, 2013

Sejarah

Malam tadi, seperti juga malam-malam sebelumnya belakangan ini, saya terpaksa bergelut untuk lekas lelap. Selagi tak diserang kantuk yang kronik, saya memang tak punyai pilihan -- membaca.

Begitu lah awalnya saya menekuni Comments on the Re-Examination of Al-Raniri’s Hujjatu’l Siddiq: A Refutation karya-nya Prof. al-Attas, sebuah sanggahan bertenaga terhadap Prof. G.W.J Drewes.

Dengan cukup tajam, al-Attas mengkritik sikap dan conjecture yang dilakukan sang orientalis dalam memahami manuskrip langka oleh Nuruddin al-Raniri, ulama besar di Acheh pada abad ke-17.

Mentelaah dan larut dalam karya tulis al-Attas tentang sejarah sering kali mengujakan. Ia tak hanya mengajukan tesis baru, malah dengan berani, memberi tafsiran yang berbeda daripada kelaziman.

Misalnya, yang termuat dalam Historical Fact and Fiction, seputar babad Melaka, Parameswara, dan asal-muasal Sumatera, sebuah rombakan total riwayat yang telah termaktub di Nusantara.

Harapnya malam nanti nyenyak; saya mahu mimpi jadi Hang Jebat.

Oscars

Nate Silver, ahli statistik yang telah dengan tepat meramalkan kemenangan Barack Obama dalam Pilihanraya Presiden Amerika Syarikat, sekali selagi diberi perhatian.

Kali ini, pertaruhannya adalah seputar keputusan dalam acara cukup bergengsi dunia perfileman, Academy Awards yang akan berlangsung Ahad ini di Dolby Theatre, Los Angeles.

Menurutnya, ia adalah malam gemilang untuk Argo, filem arahan Ben Affleck tentang pergolakan politik dan diplomasi pasca Revolusi Islam Iran yang terjadi sekitar tahun 1979.

Filem ini belum lagi ditonton; maka, dukungan saya untuk Lincoln.

Jumaat, Februari 22, 2013

Saqifah

Betapa segar manakala khutbah hari ini membabadkan perihal Saqifah Bani Sa'adah, suatu momen penting yang mengambil tempat sesudah wafatnya Baginda Nabi S.A.W.

Peristiwa itu, yang rangkumannya telah saya baca dalam Metafizik dan Kosmopolitanisme-nya Khalid Jaafar, memberi iktibar kepentingan untuk memilih pemimpin.

Khatib memberi sorotan sejarah dengan kaitan seputar isu kontemporari penyertaan ulama dalam gelanggang politik. Ia menjustifikasi peranan dan tindakan itu.

Seideal mana pun kita berhujah, hakikat yang tak ternafi adalah umat tetap berpecah. Hal itu tak terelak. Kita teringat du'a nabi yang ditolak, juga tahu Tuhan lebih mengerti.

Fragmen III

"..kadang-kadang, yang dibutuhkan hanya keberanian."
-Laksmi Pamuntjak, Amba

Khamis, Februari 21, 2013

Esensi

Esensi sesuatu perkara itu sewajarnya lebih diberatkan ketimbang sebuah form yang ditempel dengan pelbagai label. Yang harus diperhatikan adalah persoalan substance yang mendasar.

Dengan hujah tohor ini lah saya cuba bergelut dengan pelbagai polemik yang bermuara dari lapangan politik kita. Faham maqasid shari'ah ditandai oleh maslahah, bukan hukuman melulu.

Dan demi Tuhan, saya takkan mengundi fraksi rasis dalam PRU 13.

Rabu, Februari 20, 2013

Label

Lewat makalahnya yang termuat dalam Adab dan Peradaban, sebuah festschrift buat Prof. al-Attas yang baru diluncurkan, Mohd Affandi Hassan mentakrifkan gelar pengarang dan sasterawan.

Pengarang, begitu katanya, adalah kelompok yang cuba menyampaikan pemikiran sementara sasterawan adalah kelompok yang bermain dengan bahasa untuk meluahkan emosi.

Demikian lah, ketika membacanya, saya cuba membayangkan sekian banyak toko buku dengan rak yang penuh terisi label novel tarbiah; novel islami; dan tentu saja, novel cinta kopiah-tudung.

Ahad, Februari 17, 2013

Cita

Menonton filem-nya Woody Allen, Midnight in Paris adalah pengalaman yang sublime. Filem yang terbit setahun dua lalu itu baru sempat saya nikmati pada ambang hari kekasih.

Barangkali masih dalam kepompong Annie Hall, bedanya filem ini melakarkan konflik diri yang terkepung dalam melankoli dua zaman yang telah berubah dengan latar indah kota Paris.

Gil Pender sang protagonisnya, adalah penulis dengan watak nostalgia, sebuah pertembungan tak terelakkan dengan si tunangan yang tak mengerti betapa bernilainya masa lalu.

Dalam daya bayang yang cukup magis, ia kembali ke dekad gemilang seni dan sastera serta menemukan nama-nama besar idolanya -- Zelda, Toklas, Picasso, Fitzgerald, Hemingway.

Filem ini elok ditonton sendiri. Ia mewajahkan hidup yang sering mendesak kita menjadi orang lain, bukan lagi sosok asli yang terbangun daripada cita-cita dan mimpi sendiri. 

Sabtu, Februari 16, 2013

Suara

Gideon Levy tak hanya dicemuh bahkan diancam bunuh di negaranya sendiri. Di Israel, pandangannya yang tertuang dalam kolum akhbar Haaretz, dianggap sebagai pengkhianatan.

Ia memang tak pandai berpura apalagi cuba menafikan hakikat negaranya melakukan tindak kekerasan, menggasir rakyat Palestina dengan peluru tanpa apa-apa rasa berdosa.

"People live a good life in a bubble," gumamnya, "they don't want to acknowledge reality." Tapi ia tahu sejarah akan tersingkap dan jadi saksi kepada suara terpinggir serta ternafi.

Jumaat, Februari 15, 2013

Dworkin



Kita menghening cipta khusus buat sarjana hukum, Ronald Dworkin.

Protokol

Hujjatul Islam al-Ghazali menyinggungnya sebagai al-mutarasimun, ya'ni kalangan yang beragama tanpa penghayatan dan sekadar ditanggapi sebagai ritual resmi-resmian.

Maka tak hairan, khutbah tadi masih terpengap dengan spekulasi Protokol Zionis yang semacam diyakini sebagai meta naratif penyebab kondisi umat terus membejat.

Tudingan ke luar tanpa sedetik pun cuba melakukan introspeksi ini, malah kepada suatu hal yang belum terbukti, juga telah disanggah, amat lah menyeksakan seluruh jiwa-raga.

Sungguh, saya tak cuba bersarkastik. Ia persis peristiwa di negeri jauh. Kala berjejer fatwa mengharamkan hari kekasih, program bertema cinta begitu mekar berkembang.

Alahai, betapa hipokritnya kami beramal dengan agama-mu, Tuhan.

Khamis, Februari 14, 2013

Fragmen II

"..tak ada laku yang lebih ksatria dibanding menepati janji."
-Laksmi Pamuntjak, Amba

Valentine

Hari Valentine; saban tahun, kita dihadapkan beragam hujah pengharamannya. Ia dikitar-ulang dengan inti agama dan moral yang dilatari oleh pelbagai kekaburan. Tafsirnya pula tampak agak melulu.

Tapi lewat sejarah, kita tahu hanya ada dua kisah agung -- cinta dan peperangan. Ia tak teredam oleh waktu dan tak tergusur oleh tohmah. Jagat-raya ini mual dibebani duka-lara tak berpenghujung.

Tenang saja, mari mawar-ku raikan cinta; selamat hari Valentine.

Rabu, Februari 13, 2013

Adab


Ma'lumat lanjut tentang program boleh ditemukan lewat pautan ini.

Jumaat, Februari 08, 2013

Fragmen I

"Ya memang," katanya lirih, "waktu memang bisa berkhianat."
-Laksmi Pamuntjak, Amba

Bahas



Debat ini menurut saya tak membahaskan persoalan zaman. Juga bukan hal fundamental yang mendesak. Tapi ia membariskan para sarjana terhormat dan bergengsi. Maka elok didengar serta diwarasi.

Khamis, Februari 07, 2013

Amba

Laksmi Pamuntjak menulis dengan cukup memikat. Belakangan ini, saya tak hanya membaca novelnya, tapi turut terhantar bergulat dalam sebuah momen tegang yang mencemaskan.

Novel dengan judul Amba itu, sebetulnya diilhami oleh Mahabharata dengan latar pergolakan politik pada tahun 1965 di Indonesia yang turut menyaksikan coup d'etat terhadap Bung Karno.

Dengan cukup simpatik, ia mengadun kisah belas-kasih yang sedemikian tulus tetapi terhalang oleh situasi yang begitu menduga. Wataknya lugas memperikan perasaan yang bergalau.

Mengulitnya juga adalah sebuah kembara ke masa lalu yang pahit. Hal ini dicitrakan dengan cemerlang lewat singkapan hidup menyeksakan para tapol yang terbuang ke Pulau Buru.

Tapi mengatasi kesemua itu, novel yang baru terbit hujung tahun lalu ini, terasa bergetar dengan gemerlapan imaginasi. Memetik kata sang protagonisnya,"..bahasa menjadi tak berguna."

Rabu, Februari 06, 2013

Lincoln

Ia berdepan dengan sikap prejudis yang mengental dan belum mampu dilebur. Meski puluhan ribu jiwa telah gugur, konflik perkauman itu tetap saja menimbulkan bentrokan fatal.

Di Amerika waktu itu, juga yang ngaumnya barangkali kita rasakan di Malaysia kini, ada kalangan yang meyakini mereka lebih mulia, lebih terpilih, lebih bererti, justeru menguasai.

Berada di pundak kekuasan, batas moral tiba-tiba mulai kabur. Malah tak lagi ganjil apabila ia menumbuhkan keyakinan absolute yang tak tergoncang. Dunia, dirubah menjadi surga.

Tapi politik akan selamanya kekal sebagai wahana diplomasi, medan di mana tanggungjawab mengatasi keghairahan menawan musuh dan mengakui kesetaraan dalam wujud manusia.

Lincoln akhirnya tetap ditembak, tapi kita tahu, ia belum lagi mati.