Malam tadi, seperti juga malam-malam
sebelumnya belakangan ini, saya terpaksa bergelut untuk lekas lelap.
Selagi tak diserang kantuk yang kronik, saya memang tak punyai pilihan
-- membaca.
Begitu lah awalnya saya menekuni Comments on the Re-Examination of Al-Raniri’s Hujjatu’l Siddiq: A Refutation karya-nya Prof. al-Attas, sebuah sanggahan bertenaga terhadap Prof. G.W.J Drewes.
Dengan cukup tajam, al-Attas mengkritik sikap dan conjecture yang dilakukan sang orientalis dalam memahami manuskrip langka oleh Nuruddin al-Raniri, ulama besar di Acheh pada abad ke-17.
Mentelaah dan larut dalam karya
tulis al-Attas tentang sejarah sering kali mengujakan. Ia tak hanya
mengajukan tesis baru, malah dengan berani, memberi tafsiran yang
berbeda daripada kelaziman.
Misalnya, yang termuat dalam Historical Fact and Fiction, seputar babad Melaka, Parameswara, dan asal-muasal Sumatera, sebuah rombakan total riwayat yang telah termaktub di Nusantara.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan