Isnin, Oktober 31, 2011

Rumit

Catatan Pinggir-nya Goenawan Mohamad memang mempesonakan. Saya membacanya tiap ada senggang. Malah, hampir saja menghidap anxiety of influence. Kumpulan eseinya itu, meski ditulis puluhan tahun lalu, tetap segar dan tak menjemukan.

Tapi, membelek helaian demi helaian juga kadang meresahkan. Mas Goen, begitu ia dipanggil, cenderung menulis dengan memetik kisah dan anekdot daripada puluhan karya besar dan agung. Bacaannya cukup luas meliputi sopol, sastera, filsafat dll.

Dan saya tercabar untuk membaca kesemuanya. Ganbate!

Sabtu, Oktober 29, 2011

Kurusetre

Memang, saya bukan Arjuna. Pada saat yang menyulitkan, saya tak punya Krishna. Tentu saja keterlaluan membandingkan pergolakan jiwa sendiri dengan pertempuran di medan Kurusetre. Tapi, ini momen yang tak terelakkan.

Dhamir yang berbisik halus akhirnya mengupaya sebuah kata -- tidak!

Jumaat, Oktober 21, 2011

Telus

The goal is justice, the method is transparency.

Beberapa hari kebelakangan, saya larut dalam koleksi temubual Julian Assange. Pengasas, juga editor WikiLeaks yang telah berkali-kali membongkar dokumen sulit berkait hubungan diplomatik dan log perang kuasa besar dunia ini cukup menginspirasi.

Lewat bicaranya, yang paling mengesankan adalah ketekalannya menghadapi ugutan dan ancaman proses hukum yang sering menyulitkan. Itu belum lagi ditambah dengan tekanan pemerintah mempengaruhi beberapa organisasi melemahkan WikiLeaks.

Sosok seperti ini ada di mana-mana. Hanya saja tak berdendang.


Gaddafi

Kesan domino kebangkitan Arab akhirnya tiba di Libya.  Setelah 42 tahun berkuasa, Muammar Gaddafi tumbang dilanyak rakyatnya sendiri. Istana mewahnya ranap dibom ketumbukan NATO dan tentera bersekutu. Dan ia, akhirnya turut terbunuh.

Laporan menyebut kematian itu berakibat daripada tembak-menembak antara simpatisannya dengan kumpulan pemberontak. Tetapi, bukti video menidakkan hal itu, dan menimbulkan keraguan bahawa ia mungkin sengaja ditembak tepat di kepala.

Dalam longkang kecil di mana ia ditahan, Gaddafi merayu agar tak ditembak. Memang, betapa ironi (tak ubah seperti Saddam Hussein) mohon dikasihani. Namun, ada seuntai kata wajar untuk direnung; orang yang menyemai angin, pasti akan menuai badai! 

Khamis, Oktober 20, 2011

Intelektual


Di nusa ini, yang diangkat hanya kebebalan. Persetankan kata nista dan kuasawan pandir yang tak punyai kejujuran. Kala kebebasan akademik dilacur, intelektual pun dibungkam. Bertabah lah Aziz Bari!

Isnin, Oktober 17, 2011

Defensif

Ruang ini telah begitu banyak merakam kebencian. Ia tak hanya terbatas kepada pemerintah sialan, politikus bobrok, dan keparat angkuh, tapi kadangkala turut menyentuh sosok hipokrit yang singgah dan bersimpang-siur dalam hidup.

Pabila sifatnya mulai berubah, daripada hanya medan bebelan dan monolog menjadi diari awam yang terbuka, sering juga saya ditegur lingkungan. Bahasanya kendur tatkala saya aktif dalam gerakan dakwah. Tapi kemudiannya, tak lagi bertapis.

Hari ini, semacam mahu kembali memutuskan ikatan daripada adab dan hemah yang masih dipaksa. Jelek benar melihat saudara seagama (atas nama agama yang mulia) menyerang agama lain atas pelbagai sebab. Defensifnya semacam menggila.

Saya mulakan dengan ungkapan yang masih terlihat waras -- hoi!

Sabtu, Oktober 15, 2011

Malam

Malam tadi, cubaan melelapkan mata cukup melelahkan. Entah mengapa, tilam yang lazimnya empuk terasa kental, langsung tak mendamaikan. Jenuh berkisar, masih serba tak kena. Makanya, dinihari itu, saya terpaksa membaca.

Dan naskah Intelektual Masyarakat Membangun-nya Prof. Syed Hussein Alatas itu saya singkap. Helaian mukanya mulai menguning, tak terimbau bila kali terakhir ia dibelek. Lalu terjojol lah bola mata manakala menekuni ciri-ciri pandir.

Sarah, atas nama pseudo-intelektual, cabaran anda itu saya sahut!

Jumaat, Oktober 14, 2011

PartirĂ²



Manakala terbuai, kata pun lalu hapus. Egoisme yang mahu dihenyak itu seakan membeku tak terungkapkan. Maka benar lah kata Andrea Bocelli; ogni giorno, una conquista; la protagonista, sarĂ  sempre lei.

Ahad, Oktober 09, 2011

Tok Alang

Tok Alang, datuk saudara yang sering berkelakar dan merendah diri tiap kali bertemu meninggal dunia kelmarin. Setelah bertahun menderita diabetes, ia diserang jangkitan paru-paru dan kegagalan fungsi organ di akhir hayatnya.

Bersama famili, sosoknya yang tenat itu sempat saya ziarahi. Betapa hiba, wajah ceria yang dilihat saban tahun itu bertarung nyawa di katil hospital. Tambah duka menyedari yang saya terkesan fragile, tak berupaya untuk membantu.

Du'a saya buat kesemua mereka yang telah pergi. Al-Fatihah!


Rabu, Oktober 05, 2011

Skeptis

Desperately Seeking Paradise-nya Zia Sardar menyihir saya. Entah mengapa, judul terbitan Granta Books ini terasa cocok, juga empati. Lakaran anekdot dan pengalaman oleh "muslim skeptis" ini juga sangat pedas mengkritik. Dan tentu saja itu menghiburkan!

Saya senang sekali menekuni jalur fikir yang sebegitu jelas. Tanpa selindung, ia menghujat kalangan holier than thou yang mekar dalam masyarakat Islam. Luahan ketidakpuasan terhadap krisis kontemporari, disulam dengan dapatan peribadi yang rencam.

Buku ini masih lagi saya belek tak lepas-lepas!