Jumaat, Jun 29, 2012

Umm

Di Mesir, rakyatnya kini sedang bergosip tentang Umm Ahmed, isteri-nya Mursi. Ia, wanita dari sebuah bandar kecil yang tak terpandang, dilihat tak berupaya menampung imej first lady.

Ada suara yang sengaja merendah-rendah dan memomokkannya konon kolot dalam persalinan tradisi dan santun seorang muslimah. Malah, turut lancang mengambil posisi sosial dilazimi barat.

Ini tentunya sindrom minda tertawan. Kita gagal melihat kekuatan sendiri. Lalu, sering saja merasa kerdil pabila dilihat tak setara. Pertimbangannya, apa kata orang lain. Maka, kita menyerah.

Malang, yang ditandai oleh revolusi hanya negara, bukan rakyatnya.

Khamis, Jun 28, 2012

Iqra'

Anwar Ibrahim merujuk Representations of the Intellectual-nya Edward Said yang juga merupakan inti Reith Lecture '93 untuk menempatkan Siddiq Fadzil sebagai intelektual awam.

Katanya, beda antara intelektual dengan intelektual awam adalah kebolehan merasai dhamir masyarakat, diadun dengan pedoman ilmu bagi merungkai masalah yang membiak dan membarah.

Demikian misi dan gagasan tanwiri yang berawal dengan seruan iqra'.

Wa'ad

Persetiaan antara Seri Teri Buana dengan Demang Lebar Daun yang dinukil oleh Tun Seri Lanang lewat Sejarah Melayu diulang berkali-kali oleh Siddiq Fadzil.

Sumpah itu, atau wa'ad, punya kesan signifikan dalam hubungan raja dengan rakyat. Ia adalah sebuah kesaksian menghormati nilai maruah dan harga-diri.

Mutakhir ini, kita pun membacanya sinis sambil menguntum senyum.

Selasa, Jun 26, 2012

Mesir

Dr. Mohammed Mursi kini sah sebagai Presiden Mesir. Dalam pilihanraya presiden yang lalu, ia meraih lebih 50% undian menewaskan Ahmed Shafik, calon yang tersisa dari kabinet Mubarak.

Fakta ini menarik dalam gelora pertembungan golongan islamis dengan sekular. Tentunya kita tak sabar melihat kebijakan bakal diatur dalam sepak-terajang medan politik domestik dan Asia Barat. 

Nah, itu lah yang dinanti; strategi dalam dinamika sistem demokrasi.

Moderat

Pesan qurani dalam ummatan wasata, atau umat pertengahan kini acapkali dikumandangkan. Kita pun mendengar pelbagai tafsiran melingkarinya; bahawa kita harus bersederhana.

Anwar Ibrahim lewat pidato apresiasi buat Siddiq Fadzil membahasnya sebagai equilibrium, atau keseimbangan yang dilatari juxtaposition of ideas; kebenaran dan kebatilan.

Memang, saatnya telah tiba, dan kita tentu saja harus berpihak.

Tewas

Siddiq Fadzil mengungkap kata yang cukup mempesona, juga mendalam. Dalam majlis peluncuran bukunya itu, sharahan pengantar yang disampaikannya, menurut saya, mencerahkan.

Ia bicara tentang tunjang kekuatan bangsa Melayu, yang oleh sejarah, kita tahu dipacu agama Islam. Lanjutnya, kita tak harus berasa tewas melihat tiap kebobrokan yang timbul.

Dari sana munculnya misi pemberdayaan -- tahriri, tanwiri, taghyiri.

Ahad, Jun 24, 2012

Qanaah

Saya tak begitu pasti, tapi agaknya, penggemar buku memang kelompok yang takkan mampu memahami qanaah -- berasa cukup dengan apa yang ada.

Sebelum ke KLAB di Annexe, saya sebetulnya telah membuat pra-pembayaran untuk beberapa naskah buku yang dibeli secara online. Jumlahnya, banyak.

Tapi di sana, saya terus digoda, lalu terpaksa melaburkan (kata selamat untuk mengelak rasa bersalah) lebihan wang untuk membeli beberapa naskah buku lagi.

Kalau ini adalah sebuah dosa, kepada Tuhan jua lah saya berserah.

Moral

Keyakinan moral memang selamanya takkan membungkam kekuasaan. Barangkali, kerana itu lah kita selayaknya harus mengambil posisi yang lebih kukuh.

Kita tak boleh selamanya berpaut pada citra luhur untuk tak terlibat dan berbuat apa-apa. Tatkala kita berdiam itu lah, adikuasa mulai curang, angkuh dan tak berpedoman.

Entah, tapi kata Rendra; perjuangan adalah perlaksanaan kata-kata.

Kritik

Soe Hok Gie juga rupanya pernah bertanya, agaknya dalam rasa lelah, samada suara dan kritiknya didengar atau mampu mengubah citra masyarakat.

Ia semacam tak yakin, atau hilang rasa percaya, untuk mengakui yang pandangannya itu akan menambah-baik rusuh dan gawat yang telah tersedia.

Lewat catatan yang prolifik dalam pelbagai wadah, ia memuntahkan fikiran. Tentunya dengan satu matlamat -- menyanggah kebobrokan sang adikuasa.

Dan matinya pun berteman tangis marhaen dengan rasa kehilangan. 

Jumaat, Jun 22, 2012

Melayu

Rangkuman ringkas buku Islam dan Melayu-nya Siddiq Fadzil di sini.

Patuh

Stephen Hawking, sang fizikawan ternama pengkaji black holes pernah menafikan wujudnya surga dan neraka. Baginya, ia adalah fantasi kelompok manusia yang takutkan kegelapan.

Tentu saja kerana ia bukan seorang muslim. Tapi, sosok Rabi'a al-Adawiyya juga berbeda. Ia, sang sufi asal Iraq, pastinya taat dan patuhkan agama. Ironinya, juga tak mengharap surga.

Saya teringatkan bait lirik lagu-nya Chrisye dan Ahmad Dhani; apakah kita semua benar-benar tulus menyambah pada-Nya, atau mungkin kita hanya takut pada neraka dan inginkan surga?

Rabu, Jun 20, 2012

La Adri

Kita bukan Hujjatul Islam al-Ghazali, yang pada zaman gemilangnya, dikhabarkan menguasai kesemua cabang ilmu yang ada. Kini, kebolehan itu hampir mustahil.

Dalam zaman ini, belum lagi terdengar ada sosok dengan gelar polymath -- keluasan ilmunya mencapah dan merentas bidang. Kalau pun ada, ia hanya self-proclaimed.

Keterbatasan ini tak terelak. Dan barangkali, kerana itu juga, kebijaksanaan adalah bila kita mengulang kata Imam Malik, la adri; saya tak tahu, saya tak mengerti.


Isnin, Jun 18, 2012

Frasa

I

Pernah dulu, seorang teman mengungkap frasa yang begitu indah. Meski saya tak menebak ertinya, frasa itu tak terbanding dan tak terlupakan dalam baki hayat.

Tapi teman itu akhirnya tetap seorang manusia. Ia berkembang dengan waktu, dan itu tentu saja turut memperdalam hikmah. Demikian lah, ia pun berubah.

II

Pidato penerimaan Hadiah Nobel Keamanan '91 yang disampaikan Suu Kyi dalam sela dua standing ovations itu cuba saya waraskan. Dalam tahanan rumah, ia rasa terpisah.

Betapa ia sedar dan berefleksi, bahawa hadiah yang dimenanginya itu adalah usaha mengembalikan semula jiwa dan tampangnya ke dalam realiti -- bahawa ia tak menghilang.

III

Dalam konsepsi Buddha, kita tahu ada dukha, yang mungkin dari situ lah munculnya duka. Juga, ia adalah tahapan gelisah dan sengsara yang harus ditempuh dengan rasa berani.

Kata al-Attas, sa'adah itu lawannya shaqawah; kebahagiaan itu lawannya kesengsaraan. Barangkali hidup juga memang sebuah perlawanan, atau sebuah medan tempur.

IV

Perlawanan itu saya temukan dalam banyak memoir para pejuang. Tapi, pejuang juga berdimensi manusiawi yang mengiyakan quote Suu Kyi; to be forgotten is to die a little.


Ahad, Jun 17, 2012

Komoditi

Manusia kini dikomoditikan, begitu kata Siddiq Fadzil dalam kuliahnya. Kita tak lagi dinilai dengan neraca taqwa dan kemanusiaan, tapi hanya sebatas barang dagangan.

Hukum ekonomi pun terpakai -- supply and demand, martabat manusia ditentukan oleh penawaran dan permintaan; nilaiannya bertumpuk pada wang, harta, kuasa, pengaruh, dll.

Sebagai insan yang dimuliakan Tuhan, manusia jadi tak berharga.

Hadiah



Suu Kyi masih terkurung dalam tahanan rumah tatkala ia seharusnya menerima Hadiah Nobel Keamanan pada tahun '91. Semalam, selepas 21 tahun, akhirnya ia berkesempatan menyampaikan pidato penerimaan hadiah itu yang sedemikian lama tertangguh, di Norway.

Judul

Ini tentu lah tak penting. Tapi bagus juga saya kongsikan judul buku yang sedang saya baca. Selain sebagai sebuah kepoyoan, saya mahu mengelak diri daripada terus membebel tentang Anzalna vs Neelofa.

1) Merdeka Dengan Darah Dalam Api - Ahmad Boestamam

2) The Age Of Revolution - Eric Hobsbawm

3) The Consolation of Philosophy - Boethius

4) Justice And Remembrance - Reza Kazemi.

Monotone

Nota 1

Kebelakangan ini, saya terasa agak monotone -- membaca tak henti -- meski sesekali masih keluar berlibur dengan teman-teman. Justeru, catatan dalam ruang ini pun dipenuhi label 'telaah buku' yang barangkali membosankan.

Nota 2

Badai politik nusa ini tak pernah tak menjengkelkan. Dulu, saya disindir konon tak habis-habis bersiasah, yang saya kekal percaya, adalah medium terbaik perubahan. Tapi harus diakui, ia sepak terajang tak berpenghujung.

Nota 3

Zeitgeist, atau semangat zaman, tak membenarkan saya berdiam. Telingkah yang melingkari politikus dan golongan feudal harus diwarasi. Tentu lah, dukungan saya buat sang politikus yang memohon pertanggungjawaban.

Nota 4

M. Nasir akan berkonserto di Dewan Filharmonik Petronas, kalau tak silap, Julai nanti. Saya ingin sekali ke sana berlarut dalam melodi nan indah dan lirik nan kaya bahasanya. Tengok lah bagaimana. Insha-Allah, itu akan diatur sebaiknya.

Pagi ini hujan, tapi saya tak bisa tidur. Selamat berhujung minggu!


Sabtu, Jun 16, 2012

Pelacur

Memang, perlawanan tak hanya bermula dengan soal kuat/lemah sebuah ketumbukan atau dalam/tohor sebuah strategi. Mungkin, ia berawal daripada sudut-pandang sendiri.

Sekurang-kurangnya, saya berkesimpulan bahawa itu lah cara fikir "wanita lacur" yang dikisahkan Ahmad Boestamam tatkala dipenjara dalam memoirnya, Lambaian Dari Puncak.

Kelompok itu, pelacur pemuas nafsu soldadu Inggeris, beranggapan yang mereka turut berguna merisik maklumat sulit yang akhirnya disalur dan dimanfaatkan soldadu Jepun.

Kita pun harus memikir ulang; bagaimanakah kita memposisikan diri.

Takdir

24 jam setelah membebel perihal bolasepak, saya dipaksa untuk kembali menyepak bola. Ia bergolek di depan saya, tersasar dari tengah padang. Lalu saya pun menyepaknya kembali. Terasa masih seperti dulu, zaman gemilang dengan teman-teman -- macam Henry!

Jumaat, Jun 15, 2012

EURO '12

Kalau keterikatan kepada bolasepak adalah sebuah cinta-kasih, maka saya mungkin romeo yang telah berkhianat. Barangkali, kalau pernah berjanji setia, saya kini pendusta.

Saya takkan menulis eulogi atau consolatio buat diri, meski bolasepak telah menjadi sebuah kata yang begitu asing. Jujurnya, ia bukan lagi sebuah obsesi seperti dulu.

Buat bolasepak, kita harus ingat kata M. Nasir lewat lagu Sang Pencinta; sang pencinta hanya dia mengerti persoalan percintaan ini.


Idea

Lewat siri The World Tomorrow-nya Julian Assange, kita mendengar suara-suara yang dipencilkan. Siri itu, yang telah pun memasuki episod ke-lapan, terasa begitu menggugah.

Ia adalah laungan perlawanan. Bukan lagi sosek-sosek yang tunduk pada kekuasaan. Barangkali memang begitu awalnya sebuah perubahan; harus bersuara, bukan berdiam.

Ketakutan hanya menyudutkan kita pada hidup yang statik. Lawan!

Imam

705 mukasurat, dan paling aneh, saya berjaya menekuninya dalam hanya empat hari. Kalau itu adalah sebuah rekod, Imam-nya SN Abdullah Hussain pasti adalah sebuah keajaiban.

Nah, saya tak ralat untuk menghambur pujian menggunung. Membaca novel ini serasa seperti melepaskan segala gelisah yang ditampung -- gelisah melihat umat yang mandom.

Di celahan (konon) "novel islami" dan "novel tarbiah", saya tercerah!

Isnin, Jun 11, 2012

Renung V

Shari'ati tak diracun ejen SAVAK -- itu dirungkai dengan teliti dalam epilog babadnya. Berbeda daripada polemik dan dakwaan lazim, detik kematian itu membuatkan kita terus kaget.

Resahnya tak teredam dalam pelarian. Ia diburu pemerintah Iran, lalu menyusup ke Eropah. Di sana, ia tetap dalam keterasingan dan kesendirian, tak berdaya berbuat apa-apa.

Kini kita tahu, oleh gelojak itu, jantungnya pun berhenti berdetak. 

Ahad, Jun 10, 2012

PTPTN

Tindak politik pemerintah terlihat makin kacau. Terbaru, dalam isu pembekuan PTPTN untuk UNISEL dan KUIS, ia membuktikan sikap politik sempit jelek yang memangsakan mahasiswa.

Keputusan flip-flop yang diambil tanpa pertimbangan wajar hanya memperlihatkan bahawa pemerintah sedia-ada tak lagi relevan. Bagaimana mungkin mereka bersikap sebegitu childish?

Ayuh lakukan perubahan, macam lagu Elvis Presley, it's now or never.

Dera

Ada beberapa hal yang mendera jiwa-raga beberapa minggu kebelakangan. Minggu lalu contohnya, manakala terbaca kolum akhbar tentang seorang anak muda ber-hitchhike keliling dunia.

Sebetulnya, itu impian saya sedari awal usia; kembara keliling dunia, belayar merentas lautan dan mendaki puncak-puncak tertinggi. Betapa kini ia terlihat makin mendesak dan wajib untuk dipenuhi.

Demikian lah dilemanya -- ghairah jadi intelektual atau pengembara?

Kaum

Betapa pun sukar, harus ada elemen sedar dalam masyarakat. Elemen itu, atau kelompok tercerah, punyai tanggungjawab penting dalam sebuah misi tahriri-tanwiri -- pembebasan-pencerahan.

Misi itu mungkin saja dipikul oleh kaum intelektual, yang oleh Syed Hussein Alatas dan Ali Shari'ati, dimaksudkan sebagai kaum yang mengenalpasti masalah lalu memberi pedoman dan penyelesaian.

Untuk hal itu berlaku, kita perlu berawal dengan melawan kebodohan.

Jumaat, Jun 08, 2012

Misterius

Sila tegur saya kalau saya tak senyum 

Tak ada yang lebih menggembirakan hari ini. Manakala saya membaca nota itu di cermin kaca sebuah stesen minyak, hidup terasa membahagiakan.

Senyuman barangkali memang sebuah hal yang misterius. Ia meredam duka-lara, menghapus silang-sengketa dan tentu saja menghangatkan jiwa!

Khamis, Jun 07, 2012

Dimensi



Shaykh Hamza Yusuf pernah mengisahkan sebuah anekdot yang persis. Dalam kuliahnya, ia bicara tentang Ahmed ar-Rifa'i, seorang tokoh sufi. Dan dalam sedu, ia pun menukil bahawa ada dimensi agama ini yang telah hilang. Katanya, dimensi itu adalah cinta-kasih.

Isnin, Jun 04, 2012

Risiko

Anak sang genius mungkin takkan hidup tenang. Pilihannya dua, samada mewarisi kegeniusan atau larut dalam kegilaan. Demikian watak Catherine. 

Ia dikekang oleh memori; oleh rasa menyerah; oleh ketakpercayaan terhadap diri. Betapa ia sering merasa kecil untuk terus bergantung dan tak bebas.

Lewat filem-nya John Madden yang dibintangi oleh Gwyneth Paltrow dan Anthony Hopkins ini, kita pun belajar -- the biggest risk in life is not taking one.

Jumaat, Jun 01, 2012

Pidato



Buat pertama kali sejak ditahan selama hampir 25 tahun, Suu Kyi terbang ke luar negara menyampaikan pidato. Setibanya di Bangkok, ia pun takjub; she was struck by the city's illuminated nightscape.

Renung IV

Ada ketikanya, kita seperti mahu bicara; menjelaskan segala hal, mengungkap tiap kata, meluahkan jiwa, seluruhnya. Pun begitu, seringkali dikekang pelbagai batasan.

Saya fikir, malah saya turut merasa, mungkin itu yang meresahkan Shari'ati sehingga lahirnya dialogue of solitude. Di bawah tekanan, ia hanya mampu diam dan bermonolog.

Kita juga seringkali begitu -- memendam dan akhirnya turut meletus.