Sdr. Pankaj Mishra,
Biar lah saya berjujur, bahawa awalnya saudara adalah watak asing yang tak dikenali. Seandainya saya tak mentelaah From the Ruins of Empire -- karya tour de force saudara tentang babad kebangkitan Asia itu -- barangkali saya takkan mampu memaafkan diri kerana gagal menghargai bakat yang saudara miliki.
Lewat buku itu lah nama saudara mulai mekar dalam ingatan saya, dan akhirnya mendorong saya menggelintar koleksi rencana saudara dengan genre yang rencam. Membaca tulisan saudara adalah sebuah kenikmatan buat saya; keelokan bahasanya, deskripsi rinci, dan timbunan fakta yang seringkali menggugah.
Pagi tadi, saya selesai mengulit The Romantics, novel debut saudara yang terbit lebih sedekad lalu. Entah, semacam ada sebuah euphoria yang cukup peribadi. Saya terkesan dengan kesunyian Samar, terbayang keayuan sosok Catherine dan turut terilham meneruskan impi yang tertangguh -- kembara ke India.
Imaginasi saya kembali bergetar manakala saudara melakar kata untuk sebuah ceritera belas-kasih yang kalau pun tak diakhiri dengan kebahagiaan, tapi terlihat sangat realistik dan bermakna. Malah, tak sukar untuk saya larut dalam pengkisahannya, juga berkongsi emosi dan gelora yang barangkali tak teredam.
Sebetulnya, ada banyak hal yang ingin saya khabarkan. Antaranya tentang kalangan penulis dan da'ie di negara saya yang sepertinya memusuhi fitrah sendiri. Begitu pun, mereka tanpa segan menjadikannya sebagai subjek utama pembicaraan lalu disadur dengan label agama sebagai justifikasi.
Tapi itu tentunya akan mengambil masa saudara untuk menelitinya dan mungkin akan membosankan dengan melankoli saya yang berlanjut-lanjut. Syahdan, saya akhiri surat ini dengan penghargaan dari ruang jiwa yang paling seni -- untuk sebuah vista baru yang sudi dikongsi dan serasa cukup mengilhami.
Muga saudara dan famili kekal dalam lindungan Tuhan Maha Kasih.
Salam hormat.
Hanif Amir
Kuala Lumpur
Tiada ulasan:
Catat Ulasan