Pertentangan antara teks dengan konteks semacam tak berkesudahan. Tafsirnya juga beragam; kadang hanya sebatas makna literal yang tohor, jumud dan menyempitkan.
Justeru, kita harus kembali meneliti maqasid bagi menjangkau persoalan substantif yang lebih mendesak. Yang perlu diutamakan adalah raison d'ĂȘtre, dan ia wajib tak dikesampingkan.
Dari situ lah akan berangkat agama yang hidup dan tak formalistik.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan