Merdeka seringkali diertikan dengan cukup ringkas. Bagi segelintir rakyat, kata merdeka dianggap sebagai keadaan mandiri dalam sebuah negara berdaulat. Dengan ketiadaan ancaman penjajah, kehidupan tentunya lebih lengkap.
Malaysia layak untuk bergembira. Setelah lebih setengah abad menikmati hidup yang bebas dan dibentuk oleh kebijaksanaan yang jauh daripada pengaruh luar, kita kini merayakan sambutan ulang tahun ke-52 kemerdekaan negara.
Saya mengucap syukur atas peluang dan ruang yang tersedia untuk dimanfaatkan sebagai seorang warganegara. Kesedaran bahawa mengisi kemerdekaan itu lebih sukar tentu menyentak rasa agar kita menjadi lebih bertanggungjawab.
Sebagai rakyat, kita juga harus sentiasa menginsafi hakikat sebenar kemerdekaan. Bertunjangkan akar kebebasan, merdeka tidak akan bererti seandainya rakyat masih dibelenggu pelbagai sekatan atas hak yang seharusnya kita miliki.
Merdeka akan hanya menjadi laungan kepura-puraan yang berselindung atas nama perpaduan, jatidiri dan semangat nasionalisme sempit segelintir pihak. Maka, setiap dari kita harus segera memaknakan merdeka dengan jujur.
Semoga Tuhan memberkati perjalanan sejauh ini.
Selamat menyambut kemerdekaan.
Isnin, Ogos 31, 2009
Isnin, Ogos 17, 2009
Terima Kasih, Tuhan!
Saya melewati dua dekad terdahulu dalam hidup dengan kepelbagaian ragam, cabaran, dan impian. Kini, setelah dua dekad itu berlalu, saya harus pula mendepani masa-masa mendatang dengan penuh harapan. Meski fasa peralihan ini terlihat kritikal, saya optimis untuk menempuhnya dengan penuh keterujaan.
Terima kasih buat keluarga dan teman-teman yang menitip pesan sepanjang perjalanan. Doa yang kalian sisipkan bersama dengan himpunan panduan dan hikmah pengalaman tentu saja tidak terbalas oleh untaian kata. Moga kebaikan yang dikongsikan bersama saya dibalas dengan kenikmatan di alam sana.
Carpe diem!
Terima kasih, Tuhan!
Terima kasih buat keluarga dan teman-teman yang menitip pesan sepanjang perjalanan. Doa yang kalian sisipkan bersama dengan himpunan panduan dan hikmah pengalaman tentu saja tidak terbalas oleh untaian kata. Moga kebaikan yang dikongsikan bersama saya dibalas dengan kenikmatan di alam sana.
Carpe diem!
Terima kasih, Tuhan!
Labels:
Omongan Jiwa,
Peristiwa,
Sosial
Jumaat, Ogos 14, 2009
Membunuh Pemikiran
Saya sering tercabar dengan manusia-manusia totok - frasa yang saya ertikan sebagai ketaksuban keterlaluan terhadap sesuatu hal atau isu. Meski punya pengecualian dalam hal-hal tertentu, melayan pemikiran manusia-manusia totok cukup menjemukan.
Kelompok ini kebiasaannya kabur dalam melihat sesuatu. Pandangan mereka tidak mencapah. Pergerakan hanya berlegar dalam jalur lurus kebiasaaan. Apa yang disua lekas dijamah. Tiada langsung kecurigaan atau sikap untuk memeriksa dan meneliti.
Pemikiran bukan saja tidak cuba untuk dicambah, malah awal-awal lagi ia dimatikan. Dalam zaman penuh pancaroba dan permasalahan, manusia-manusia totok menafikan hak untuk menduga dan mencuba. Tatkala sejarah diungkap, yang muluk itulah kebenaran!
Aduhai, meski benar apa yang dikendong, kita tidak boleh mengajar kejahilan dengan suapan fakta dan maklumat. Lilin harus dinyalakan atas dasar ilmu. Maka, pengejaran dan penjelajahan untuk menemukannya harus dirai dengan panduan yang sewajarnya.
Sampai bila manusia perlu terus dibunuh?
Kelompok ini kebiasaannya kabur dalam melihat sesuatu. Pandangan mereka tidak mencapah. Pergerakan hanya berlegar dalam jalur lurus kebiasaaan. Apa yang disua lekas dijamah. Tiada langsung kecurigaan atau sikap untuk memeriksa dan meneliti.
Pemikiran bukan saja tidak cuba untuk dicambah, malah awal-awal lagi ia dimatikan. Dalam zaman penuh pancaroba dan permasalahan, manusia-manusia totok menafikan hak untuk menduga dan mencuba. Tatkala sejarah diungkap, yang muluk itulah kebenaran!
Aduhai, meski benar apa yang dikendong, kita tidak boleh mengajar kejahilan dengan suapan fakta dan maklumat. Lilin harus dinyalakan atas dasar ilmu. Maka, pengejaran dan penjelajahan untuk menemukannya harus dirai dengan panduan yang sewajarnya.
Sampai bila manusia perlu terus dibunuh?
Labels:
Pemikiran,
Telaah Buku
Ahad, Ogos 09, 2009
Sabtu, Ogos 08, 2009
Salam Akhir Buat Rendra
Menjelang Himpunan Mansuhkan I.S.A 1 Ogos lalu, hari-hari saya diisi dengan puisi WS Rendra. Berkali-kali puisi-puisinya itu diulang baca. Malah sempat juga ia menimbulkan rasa kecewa apabila tiba di bait-bait akhir Paman Doblang mengenangkan ketidakhadiran saya dalam himpunan rakyat tersebut.
Rendra bukan saja merenung tepat persekitarannya, malah penelitiannya mampu menginspirasi dan membakar jiwa. Seniman besar Indonesia ini juga punya pengaruh yang cukup besar dalam arena seni budaya di negaranya. Tidak hanya berpuisi, ia juga terlibat aktif dalam aktiviti selainnya.
Tatkala diberitakan tentang pemergiannya kelmarin, saya hanya mampu meluncurkan Al-Fatihah - doa padat walau ringkas, buat Sang Merak yang kini terbang bebas.
Rendra bukan saja merenung tepat persekitarannya, malah penelitiannya mampu menginspirasi dan membakar jiwa. Seniman besar Indonesia ini juga punya pengaruh yang cukup besar dalam arena seni budaya di negaranya. Tidak hanya berpuisi, ia juga terlibat aktif dalam aktiviti selainnya.
Tatkala diberitakan tentang pemergiannya kelmarin, saya hanya mampu meluncurkan Al-Fatihah - doa padat walau ringkas, buat Sang Merak yang kini terbang bebas.
Labels:
Antarabangsa,
Omongan Jiwa,
Seni,
Tokoh
Sabtu, Ogos 01, 2009
Demonstran
Ralat - tiada kata lain yang sesuai untuk saya ungkapkan. Meski sedar betapa pentingnya solidariti yang harus dizahirkan dalam Himpunan Mansuhkan I.S.A, jasad dipasung beberapa kekangan. Maka, saya hanya mampu mengirim jiwa dan semangat buat teman-teman demonstran dan pejuang yang akan bertempur esok.
Sebolehnya, saya sentiasa mahu berada di sisi murni sejarah. Penentangan, walau dilabel dengan bermacam kata nista dan cacian, tetap akan mengisi jalan panjang ketamadunan. Tinggal lagi, ia perlu dimaknakan untuk suatu sebab yang jelas dan ditanggapi dengan sikap yang selari dengan tema dan keperluannya.
Maka itu, usaha mendesak pemerintah memansuhkan akta yang sebegini zalim dan melampaui semangat keadilan adalah jelas suatu tindakan berani dan berprinsip. Saya yakin benar jalanan Kuala Lumpur akan gempita dengan sahutan dan laungan jiwa yang luhur demi mengembalikan daulat pada undang-undang yang terus dilacur.
Semoga Tuhan memberikan kekuatan. Salam juang, demonstran!
Sebolehnya, saya sentiasa mahu berada di sisi murni sejarah. Penentangan, walau dilabel dengan bermacam kata nista dan cacian, tetap akan mengisi jalan panjang ketamadunan. Tinggal lagi, ia perlu dimaknakan untuk suatu sebab yang jelas dan ditanggapi dengan sikap yang selari dengan tema dan keperluannya.
Maka itu, usaha mendesak pemerintah memansuhkan akta yang sebegini zalim dan melampaui semangat keadilan adalah jelas suatu tindakan berani dan berprinsip. Saya yakin benar jalanan Kuala Lumpur akan gempita dengan sahutan dan laungan jiwa yang luhur demi mengembalikan daulat pada undang-undang yang terus dilacur.
Semoga Tuhan memberikan kekuatan. Salam juang, demonstran!
Labels:
Arus Politik,
Demokrasi,
Omongan Jiwa
Langgan:
Catatan (Atom)